Profesi nelayan adalah profesi yang memiliki banyak resiko didalamnya. Kondisi nelayan Aceh saat ini terus berkembang dan terus berhadapan dengan permasalahan-permasalahan baru setiap harinya. Seiring dengan berakhirnya bencana gempa dan tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 yang lalu, telah banyak lembaga-lembaga lokal baik pemerintahan dan non-pemerintahan turut mengambil bagian dalam proses rehabilitasi dan rekontruksi paska bencana tersebut.
Lembaga-lembaga tersebut, secara perlahan-lahan merubah pola berpikir masyarakat Aceh terutama masyarakat pesisir yang sebahagian besar profesinya adalah nelayan, dimana mereka menjadi perhatian utama dalam proses rehabilitasi dan rekontruksi tersebut. Salah satu perubahan pola pikir ini berupa penggunaan aplikasi teknologi terbaru untuk memudahkan aktifitas nelayan diantaranya adalah fish finder serta Global Position System (GPS).
Alat tersebut sangat membantu nelayan dalam aktifitas penangkapan ikan, dimana para nelayan dapat melihat dalamnya air, ketersediaan ikan, arah kapal, peta lokasi dan rute perjalanan. Sebahagian besar nelayan Banda Aceh yang bernaung di bawah Lembaga Panglima Laot Lhok Krueng Aceh merupakan nelayan yang menggunakan alat tangkap pukat cincin (purse seine). Alat tangkap tersebut memiliki panjang sebesar 1200 meter dan lebar sebesar 80 meter.
Pukat tersebut dalam operasionalnya sangat dipengaruhi oleh arus, dimana boat terbawa oleh arus ketika pukat diturunkan kedalam air. Ketika boat terbawa oleh arus maka berbagai kemungkinan yang membahayakan akan muncul, seperti; kapal terbawa ke perairan dangkal sehingga jaring tersangkut di terumbu karang ataupun bebatuan dan akan sangat membahayakan para nelayan.
Panglima Laot Lhok merupakan lembaga hukum dan adat laut yang telah ada semenjak jaman kesultanan di Aceh, lembaga tersebut telah berdiri selama kurang lebih 400 tahun dan berfungsi dalam mengambil segala macam tindakan yang berkaitan dengan kelautan termasuk angkatan perang. Seiring berkembangnnya zaman, maka Panglima Laot Lhok sekarang menangani masalah-masalah adat, memenage nelayan dan mencari solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh nelayan setiap harinya.
Community Based merupakan suatu cara penelitian dimana data diperoleh dari komunitas dalam hal ini nalayan. Diharapkan dengan penelitian community based tersebut dapat mempererat hubungan masyarakat nelayan, akademisi dan pemerintah.
akhirnya...(^_^)
BalasHapus