Minggu, 01 Maret 2009

Pergi Ke Laut?!















Perjalanan ke laut sangat menyenangkan...hmm..kalau cuma 1 hari siyh...hilang semua tuh beban-beban yang ada di pikiran untuk sesaat...

yang paling menyenangkan kalau ke laut tu...pergi dengan teman-teman, ketemu dengan gerombolan ikan...
weis....

asik berat...naaa..h terus mancing juga hal yang menyenangkan dilaut...(kl pake bju panjang+topi)hahaha...bisa terbakar matahari...bisa liat besar tangkapan ikan dengan temen, di ledekin, senang-senang aj dah pokoknya...(tapi yang paling boring tu nunggu-a)huaaaahhh....(sampe nguap tuh...)

Tapi yang paling asik kl di laut tu...saat ini diving...pasti asik..., suasana dalam laut tu beda banget..ada ikan mondar mandir, ikan-ikannya pada g lari kalau didekatin...asik banget, karangnya juga unik-unik....bisa nambah inspirasi...(eleh, cam betol aj).

Beda lagi suasananya kalau numpang boat nelayan ke laut....jadinya macam pencarian ikan, and kalau ketemu gerombolan ikan tu...(wes, abknya langsung tunjuk-tunjuk ke arah ikan gitu)...aje gile....semangat banget....

ekal aj g tawu dimana ada ikan and dimana ngak ada...perasaan ombak semua deyh yang diliat...

berkat gabung di CBBS team...jadi banyak tau dah, karena lagi penelitian and penelitiannya pakai metode community based survey, alhamdulillah jadi dekat dengan komunitas...

menurut ekal, nelayan tu salah satu perkerjaan yang membutuhkan semangat yang tinggi, rajin dan ulet....karena nelayan-nelayan tu harus bangun jam 6 pagi tiap harinya, bersihin boat, memperbaiki alat tangkap, mengatur belanja boat dan membersihkan boat setiap kali selesai melaut...

banyak masih masyarakat kita yang rasis dalam pekerjaan, apa pun pekerjaannya yang penting halal dan itu adalah yang terbaik. Jadi tidak ada alasan untuk meremehkan suatu pekerjaan.

Sabtu, 28 Februari 2009

Kontroversi Penangkapan Ikan Hiu

Nelayan Aceh, sepertihalnya nelayan-nelayan di daerah lain baik di Indonesia maupun di luar negri umumnya memiliki ekonomi yang rapuh. Dengan kondisi ekonomi yang sedemikian rupa, nelayan tidak punya pilihan untuk tidak menangkap ikan, dimana selama ini yang disalahkan adalah para nelayan yang melakukan penangkapan bukan perusahaan penjual ataupun konsumen.

Penangkapan ikan hiu yang berlangsung di aceh merupakan salah satu contohnya, dimana harga ikan hiu yang stabil dan tinggi menjadikan hiu sebagai komuditi utama beberapa nelayan. Dalam proses penjualan ikan, para nelayan hanya mendapatkan keuntungan yang sedikit jika dibandingkan dengan perusahan-perusahaan yang menjual sirip ikan hiu tersebut.

Apabila proses ini terus dilanjutkan maka tidak tertutup kemungkinan bahwa hiu akan punah dari perairan Aceh. Hal tersebut didukung dengan kurangnya informasi yang didapatkan oleh nelayan tentang Hiu yang ditangkap (seperti; masa reproduksi, Ukuran ikan layak tangkap dan jenis kelamin hiu).

Untuk mencegah terjadinya kepunahan hiu, maka sudah menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat untuk mensosialisasikan jenis dan ukuran hiu yang layak tangkap sehingga kegiatan penangkapan hiu yang tidak sesuai dapat ditekan dan kepunahan hiu dapat mencegah.

Dengan adanya sosialisasi tersebut diharapkan keberlangsungan spesies hiu akan terus ada dan hal tersebut menjadikan nelayan tetap dapat menangkap hiu seperti biasa.

Sekilas Perjalanan Boat Pukat Cincin yang Beroperasi Siang Hari

Boat pukat cincin adalah salah satu boat yang mayoritas digunakan oleh nelayan Lhok Krueng Aceh. Boat tersebut menggunakan pukat cincin sebagai alat tangkapnya dan terbagi menjadi 3 tipe boat, yakni boat siang, boat malam dan boat mingguan (apung). Boat yang beroperasi pada siang hari di Lhok Krueng Aceh umumnya memulai aktifitasnya sekitar pukul 06.00 pagi. Pada saat itu ABK mulai memanaskan mesin dan sebahagian memperbaiki pukat yang rusak.

Pukul 06.30 pagi, boat-boat tersebut telah berangkat kelaut. Sesampai dilaut terkadang boat melakukan perjalanan secara beriringan ke lokasi tertentu yang diberitakan atau yang diketahui banyak terdapat ikan. Umumnya boat tersebut mencari ikan tidak terlalu jauh dari daratan, hampir keseluruhan perjalanan boat pukat cincin yang beroperasi di siang hari hanya mencapai 28 sampai 30 mil laut dari daratan.

Para nelayan biasanya saling bertukar informasi tentang keberadaan ikan kepada boat lainnya terutama kepada boat yang berasal dari pemberi modal yang sama (toke). Nelayan-nelayan aceh, khususnya nelayan Lhok Krueng Aceh masih menggunakan cara-cara tradisional dalam menentukan tempat keberadaan ikan seperti dengan melihat burung camar yang banyak di atas permukaan air di lokasi tertentu, adanya kayu yang hanyut dilaut dan tanda-tanda alam tertentu lainnya yang telah diketahui oleh pawang boat.

Boat pukat cincin tersebut biasanya menurunkan pukat sebanyak3-4 kali dalam sehari dan 2-3 kali dalam bulan ramadhan. Waktu yang dihabiskan dalam menarik pukat tersebut biasanya selama 45-60 menit dan terkadang dapat mencapai 2 jam.

Karang

Hewan karang merupakan zooxanthela yang bersembiosis dengan alga. Terumbu karang menjadikan laut yang gersang, menjadi pemandangan yang luar biasa indah, ramai dan penuh dengan keanekaragaman. Terumbu (Reef) terbentuk dari endapan-endapan masif terutama kalsium karbonat yang dihasilkan oleh hewan karang, alga berkapur dan organisme-organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat.

Selama ini, kita kurang menyadari akan pentingnya terumbu karang ini bagi kehidupan kita kecuali para nelayan pancing.

Banyak aktifitas kita yang merusak terumbu karang, seperti misalnya menginjak karang ketika berjalan dipantai, pengeboman, pembuatan pelabuhan yang tidak memerhatikan keberadaan karang, menangkap ikan dengan menggunakan obat bius, membuang sampah ke laut, tumpahan minyak dan termasuk isu yang paling hangat adalah pemanasan global.

Meskipun hewan karang (corals) ditemukan di seluruh perairan dunia, tetapi hanya di daerah tropis terumbu karang dapat berkembang dengan baik, dan yang perlu kita sadari bahwa terumbu karang yang ada saat ini merupakan terumbu karang yang mulai tumbuh dari awal adanya lautan.

Jadi, coba dibayangkan, semenjak laut terbentuk sampai sekarang karang yang terbentuk adalah karang yang sekarang kita lihat dan hal tersebut menjadi sangat miris dengan sikap kita dalam menjaga lingkungan.

Masyarakat Indonesia umumnya tidak menyadari bahwa sebenarnya kita tinggal di pulau-pulau, bukan didaratan yang luas. Maka kita seharusnya memiliki kesadaran akan menjaga lingkungan laut kita yang tinggi.

Terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang sangat rentan terhadap gangguan akibat kegiatan manusia, dan pemulihannya memerlukan waktu yang lama. Parameter lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan karang adalah kecerahan yang tinggi dan tidak banyak run-off polutan dan sedimen dari daratan.

Terumbu karang juga menjadi tempat bertelur, makan dan pertumbuhan ikan (Breading ground, fiding ground dan nursery ground). Ikan-ikan pada ekosistem terumbu karang sangat beraneka ragam. Ikan-ikan tersebut merupakan bagian dari rantai makanan di lautan, dengan banyaknya terumbu karang yang tumbuh dan memiliki kondisi yang bagus, menjadikan tempat tersebut kaya akan sumber daya ikan dan sebaliknya.

Pemetaan Arus Permukaan Laut dengan Menggunakan Community Based Bathymetry Survei



Profesi nelayan adalah profesi yang memiliki banyak resiko didalamnya. Kondisi nelayan Aceh saat ini terus berkembang dan terus berhadapan dengan permasalahan-permasalahan baru setiap harinya. Seiring dengan berakhirnya bencana gempa dan tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 yang lalu, telah banyak lembaga-lembaga lokal baik pemerintahan dan non-pemerintahan turut mengambil bagian dalam proses rehabilitasi dan rekontruksi paska bencana tersebut.

Lembaga-lembaga tersebut, secara perlahan-lahan merubah pola berpikir masyarakat Aceh terutama masyarakat pesisir yang sebahagian besar profesinya adalah nelayan, dimana mereka menjadi perhatian utama dalam proses rehabilitasi dan rekontruksi tersebut. Salah satu perubahan pola pikir ini berupa penggunaan aplikasi teknologi terbaru untuk memudahkan aktifitas nelayan diantaranya adalah fish finder serta Global Position System (GPS).

Alat tersebut sangat membantu nelayan dalam aktifitas penangkapan ikan, dimana para nelayan dapat melihat dalamnya air, ketersediaan ikan, arah kapal, peta lokasi dan rute perjalanan. Sebahagian besar nelayan Banda Aceh yang bernaung di bawah Lembaga Panglima Laot Lhok Krueng Aceh merupakan nelayan yang menggunakan alat tangkap pukat cincin (purse seine). Alat tangkap tersebut memiliki panjang sebesar 1200 meter dan lebar sebesar 80 meter.

Pukat tersebut dalam operasionalnya sangat dipengaruhi oleh arus, dimana boat terbawa oleh arus ketika pukat diturunkan kedalam air. Ketika boat terbawa oleh arus maka berbagai kemungkinan yang membahayakan akan muncul, seperti; kapal terbawa ke perairan dangkal sehingga jaring tersangkut di terumbu karang ataupun bebatuan dan akan sangat membahayakan para nelayan.

Panglima Laot Lhok merupakan lembaga hukum dan adat laut yang telah ada semenjak jaman kesultanan di Aceh, lembaga tersebut telah berdiri selama kurang lebih 400 tahun dan berfungsi dalam mengambil segala macam tindakan yang berkaitan dengan kelautan termasuk angkatan perang. Seiring berkembangnnya zaman, maka Panglima Laot Lhok sekarang menangani masalah-masalah adat, memenage nelayan dan mencari solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh nelayan setiap harinya.

Community Based merupakan suatu cara penelitian dimana data diperoleh dari komunitas dalam hal ini nalayan. Diharapkan dengan penelitian community based tersebut dapat mempererat hubungan masyarakat nelayan, akademisi dan pemerintah.